Penulis : Cliff Schecter
Penerbit : Zahra, Jakarta
Edisi : I, Agustus 2008
Tebal : 218 halaman
Dimuat di SINDO, Minggu, 14 Desember 2008
Oleh: Mohamad Asrori Mulky
Peneliti pada Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.
Judul : Buku Induk Ekonomi Islam (Iqtishaduna)
Penulis : Muhammad Baqir Ash-Shadr
Penerbit : Zahra, Jakarta
Cetakan : I, Agustus 2008
Tebal : 598 Halaman
DI tengah krisis finansial yang melanda penjuru dunia,tak terkecuali Indonesia, sudah dipastikan bahwa kemiskinan, pengangguran, dan tindak kejahatan makin merajalela.
Pada saat itulah para ekonom, negarawan, dan cendekiawan berusaha mencari akar persoalannya untuk memulihkan kembali kondisi ekonomi di negaranya masing-masing. Sebab, selama ini ekonomi dianggap sebagai hal yang sangat fundamental bagi tegaknya sebuah bangsa,negara,danperadaban.
Segala aktivitas akan berhenti jika kondisi pertumbuhan ekonominya mengalami guncangan dan ketidakpastian. Kesimpulan sementara mengatakan bahwa penyebab utama dari munculnya krisis ekonomi di berbagai dunia adalah karena ekonomi kapitalis menggebrak dimensi kehidupan manusia. Sistem bunga yang menjadi ciri khas ekonomi kapitalis telah menciptakan keterjarakan sosial dalam masyarakat dunia.
Prinsip-prinsip kebebasan untuk memiliki harta secara pribadi, kebebasan ekonomi, dan persaingan bebas telah menguntungkan sebagian pihak dan merugikan pihak yang lain. Jurang pemisah antara kaum feodal dengan proletar makin menganga sehingga struktur sosial pun melebar. Melihat kenyataan seperti ini, sistem ekonomi Islam mulai dilirik sebagai suatu pilihan alternatif dan diharapkan mampu menjawab tantangan dunia di masa kini, esok, dan mendatang.
Buku Iqtishaduna (Induk Ekonomi Islam) karya Muhammad Baqir Shadr (MBS) ini menawarkan sebuah sisteme konomi Islam yang berdasarkan pada rasa ketuhanan dan kemanusiaan.Kedua nilai inilah secara mendasar yang membedakan antara ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalis dan sosialis. Sebagai homo economicus, manusia dalam pandangan ekonomi Islam tidak diperkenankan untuk memperkaya dirinya dan meraup keuntungan yang berlebihan.
Tapi, harta yang ia miliki seluruhnya untuk tujuan spiritual dan sosial. Dalam buku ini, MBS menguraikan sistem dan ciriciri dasar dasar Islam, tanpa dipengaruhi para pemikir dan sarjana Barat yang cenderung berhaluan kapitalis dan materialis. Dalam ekonomi kapitalis dikatakan bahwa sumber-sumber alam yang tersedia di jagat raya ini sangat terbatas, sementara kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas.
Dengan demikian, manusia bebas mengeruk kekayaan alam yang tersedia sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Cara pandang seperti ini jelas ditolak MBS. Baginya, ekonomi Islam, dengan berlandaskan ajaran agama Islam, membatasi hak milik seseorang dan tidak mengenal adanya sumber alam yang terbatas.
Keterbatasan bukan pada sumber alam yang telah Allah sediakan,melainkan manusia harus membatasi dirinya untuk tidak mengeksploitasi alam dengan segala keserakahannya. Sebab,Alquran sendiri dalam sebagian ayatnya menegaskan seperti ini, ”Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkanair hujandarilangit,….Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,maka tidaklah kamu dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat ingkar.” (Q.S Ibrahim: 32–34).
Melalui ayat di atas, dapat dipahami bahwa ekonomi Islam tidak menyetujui pandangan kapitalis karena Islam sendiri mempertimbangkan bahwa alam semesta ini memiliki sumber-sumber kekayaan yang sangat melimpah ruah, yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia secara keseluruhan.
MBS lebih cenderung melihat masalah ekonomi itu pada aspek manusia sebagai pelaku ekonomi ketimbang ketersediaan alat pemuas kebutuhan yang terbatas versus keinginan/kebutuhan manusia yang tidak terbatas.Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah ruah tidak akan dapat menyejahterakan rakyat jika manusia sebagai pelaku ekonomi tidak melestarikannya demi kepentingan bersama.
Pada titik inilah, MBS mengelompokkan ekonomi ke dalam dua bagian, yakni ‘’ilmu ekonomi’’ (science of economics) dan ‘’doktrin ekonomi’’ (doctrine of economics). Perbedaan yang tegas antara ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalis terletak pada doktrin ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya.
Doktrin ekonomi Islam memberikan ruh pemikiran dengan nilai-nilai Islam dan batas-batas syariah. Sementara ilmu ekonomi berisi alat-alat analisa ekonomi yang dapat digunakan dan dioperasikan. Ilmu ekonomi adalah segala teori atau hukum-hukum dasar yang menjelaskan perilaku- perilaku antar variabel ekonomi tanpa memasukan unsur norma ataupun tata aturan tertentu.
Adapun doktrin ekonomi adalah ilmu ekonomi murni yang memasukkan norma atau tata aturan tertentu sebagai variabel yang secara langsung atau tidak langsung ikut mempengaruhi fenomena ekonomi. Norma atau tata aturan tersebut berasal dari Allah yang meliputi batasan-batasan dalam melakukan kegiatan ekonomi.
Proses integrasi antara doktrin ekonomi ke dalam ilmu ekonomi murni disebabkan adanya pandangan bahwa kehidupan di dunia tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di akhirat,semuanya harus seimbang karena dunia adalah sawah ladang akhirat.
Buku ini terasa lebih kaya dan mencerminkan konstruksi pemikiran ekonomi Islam seutuhnya jika dibandingkan dengan literatur ekonomi Islam yang ada, yang selama ini tereduksi pada praktik dan gagasan mengenai ekonomi syariah. Karya MBS ini berusaha untuk memaparkan persoalan secara lebihluas.
Selain berbicara mengenai dasar-dasar teologis normatif dari ekonom Islam, ia juga mendiskusikan soal produksi, distribusi, sirkulasi, jaminan sosial, pajak, batas kekayaan pribadi, dan juga posisi negara sebagai regulator.
Dimuat di Koran Jakarta, 13 Desember 2008
Oleh Mohamad Asrori Mulky
Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.
Judul Buku : Misteri Rubaiyat Omar Khayyam
Penulis : Amin Maalouf
Penerbit : Serambi, Jakarta
Edisi : I, Oktober 2008
Tebal : 514 halaman
Harga : Rp. 59.900
Omar Khayyam (1048-1131 M) adalah seorang penyair paling masyhur pada zamanya. Ia juga dikenal sebagai seorang filsuf, matematikawan, astronom, ilmuan dan ahli kedokteran. Sejak sajak empat baris-nya (kwatrin) atau ''Rubaiyat'' diterjemahkan untuk pertama kalinya ke dalam bahasa Inggris oleh Edwad J FitzGerald pada tahun 1859, Omar Khayyam menjadi buah bibir di kalangan masyarakat dunia dan meneguhkan dirinya sebagai pencipta Rubaiyat yang tangguh.
Namun demikian, naskah asli Rubaiyat yang ditulis langsung oleh tangan Omar dan menjadi kebanggaan semua orang, hingga kini keberadaanya masih misterius bersamaan dengan tenggelamnya kapal Titanic pada tanggal 14 malam 15 April 1912, di perairan sekitar Terre-Neuve, Samudra Atlantik. Sehingga menimbulkan pertanyaan mendalam bagi kita, apakah rubaiyat masih terselamatkan, sebagaimana ia (rubaiyat) juga pernah diduga hangus terbakar di perpustakaan benteng ''Alamut'' (benteng sekte pembunuh Hassan Sabbah) yang dibakar tentara Mongol? Atau memang karam tenggelam dengan ribuan korban manusia lainya dan belum ditemukan hingga kini?
Novel 'Misteri Rubaiyat Omar Khayyam" karya Amin Maalouf, sastrawan kelahiran Lebanon, yang diterbitkan oleh Penerbit Serambi ini mencoba mengisahkan kembali perjalanan panjang nan berliku sebuah karya agung Omar, Rubaiyat. Melaui novel ini, Amin seakan mengajak pembacanya untuk berkelana ke masa lalu, menembus batas ruang dan waktu dengan latar Timur Tengah, Daratan Persia dan kawasan Mediterania hingga benua Eropa, dari proses penulisan naskah Rubaiyat hingga terggelamnya kapal Titanic. Dibumbui kisah romantik antara Khayyam dengan Djahan dan Benjamin dengan Syirin, menjadikan novel ini menarik untuk diikuti hingga akhir cerita.
Dalam novel ini juga Amin Maalof menuturkan secara piawai perjalanan ketiga sahabat yang memiliki peran di zamanya masing-masing, yaitu; Omar Khayyam (ilmuan dan sastrawan), Nizamul Mulk (Wazir Agung Sultan Parsi), dan Hassan Sabbah (pemimpin sekte pembunuh, yaitu kaum Hashishin atau Assassin). Dengan dibarengi konflik, intrik politik, dan kepentingan, persahabatan ketiganya mengalami jatuh bangun. Konflik yang berujung pada dendam dan peperangan dialami oleh Wazir dengan Hassan, hingga Omar terpaksa harus menjadi penengah di antara keduanya. Dengan didukung pengikut masing-masing, keduanya saling menyerang, mengalahkan, dan membunuh.
Melalui narasi yang dituturkan oleh Benjamin O. Lesage, seorang orientalis dari Amerika Serikat dan dituliskan langsung oleh Amin Maalouf, novel ini juga berkisah tentang sebuah masa, di mana kebebasan berbicara dan berpendapat—termasuk mengucapkan sajak—sangat dibatasi oleh penguasa. Sebagai ilmuan, sastrawan, dan pemikir bebas (liberal), Omar sempat mendapatkan hukuman mati dari penguasa karena dituduh telah menantang Tuhan melalui syair-syairnya. "Jika Kau hukum dengan keburukan perbuatan buruk-ku, Kau dan aku apakah bedanya?" (Omar Khayyam, Rubaiyat).
Namun atas jasa Abu Taher, seorang Kadi dari Samarkand, Omar terbebas dari hukuman mati. Abu taher berpesan pada Omar; "Kita sedang hidup di zaman kerahasiaan dan ketakutan. Kau harus berwajah ganda, yang satu kau perlihatkan kepada orang banyak, yang lain hanya kepada dirimu sendiri dan Sang Pencipta. Jika kau tak mau kehilangan matamu, telingamu, dan lidahmu, lupakan kau punya mata, telinga dan lidah." (halaman 30).
Maka Abu Taher memberi Omar sebuah buku dengan 256 halaman yang masih kosong. Agar setiap tersirat di benak Omar sebuah sajak ia dapat menuliskanya dalam buku kosong tersebut dan merahasiakannya dari pengetahuan umum. Buku itulah kelak akan menjadi naskah asli Rubaiyat Omar Khayyam yang tersembunyi selama berabad-abad dan menjadi misteri hingga kini.
Sebagai sebuah roman sejarah, novel ini memiliki informasi yang layak untuk diketahui. Dalam membacanya, kita terasa diombang-ambing antara imajinasi atau fakta sejarah, sehingga kita tidak bisa membedakan mana yang benar-benar historis dan bukan historis. Namun, Amin Maalouf dengan kepiawaianya dalam bercerita mampu meramunya dengan cukup menarik dan bertaji. Pada titik inilah, "Misteri Rubaiyat Omar Khayyam" patut diapreasiasi sebagai novel petualangan dan kembara. Selamat membaca!