Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Minggu, 19 Juli 2009

Menjadi Muslim Indonesia yang Berkeadaban

Minggu, Juli 19, 2009 0

SINDO, Minggu, 5 Juli 2009


Oleh Mohamad Asrori Mulky
Analis Religious Freedom Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta
.

Judul Buku : Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan

Penulis : Ahmad Syafi’i Ma’arif

Penerbit : Mizan

Edisi : I, Juni 2009

Tebal : 388 halaman


Buku “Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan” yang ditulis cendikiawan muslim Indonesia ternama, Buya Ahmad Syafi’I Ma’arif, bermula dari keresahannya melihat kondisi bangsa ini yang semakin terpuruk—bahkan boleh dibilang nyaris terjerembab ke dalam jurang kehancuran yang teramat dahsyat. Di mana janji-janji yang pernah dicita-citakan para pendulum bangsa ini, yaitu menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang adil, makmur, damai, tenteram, merdeka, berdaulat, dan bermartabat sepertinya masih jauh yang diharapkan. Tak heran jika ada yang berani mengatakan, “Indonesia is beyond help”.


Dengan menggunakan pendekatan kesejarahan, penulis mampu memberikan sejumlah informasi yang cukup kaya tentang asal-usul bangsa ini, dan harus kemana bangsa ini dibawa dan dihantarkan kepada jati diri yang sesungguhnya. Karena itu, bagi penulis, pendekatan kesejarahan adalah metode yang tepat melihat pernak-pernik bangsa Indonesia guna meraup kembli serpihan-serpihan kearifan lokal yang selama ini terkubur. Sambil mengutip pendapat Betheran Russel soal konsep sejarah, penulis berkeyakinan bahwa sejarah adalah laboratorium kearifan bagi siapa saja yang ingin mencari mutiara di dalamnya. Sejarah adalah jembatan penghubung masa lampau dengan masa kini, dan sekaligus menunjukan arah ke masa depan yang lebih baik.


Sebagai sebuah negeri yang megah dan kaya raya akan kekayaan alamnya, yang juga memiliki aneka pola budaya yang berbeda-beda. Pandangan relatifistis dan kecenderungan sinkretis yang kuat dari penduduknya, khususnya orang-orang Jawa, menjadikan budaya Indonesia paduan dari unsur-unsur budaya yang ada—animisme, Hinduisme, Budisme, Islam, Kristen, sampai modernisme atau westernisme yang paling mutakhir ini.


Karena itu, sangat sulit sekali bagi pemimpin bangsa Indonesia menggariskan suatu kebijaksanaan kultural tertentu berdasarkan suatu pola kultural tertentu yang sesuai dengan dan dapat diterima oleh seluruh rakyat yang memliki latar belakang kultur dan agama yang berbeda-beda pula. Penetapan kebijaksanaan yang tidak sesuai dan tidak mampu mengakomodir keinginan seluruh rakyat berpotensi menimbulkan gejolak dan kerawanan bertindak ekstrim yang dilakukan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.


Munculya bom Marriot, Bali I dan II, dan bom-bom lainya di bumi Indonesia ini, cukup membuktikan ada sebagian kelompok merasa keinginannya belum diakomodir, baik secara ekonomi, politik, dan keyakinan. Fenomena ini tentunya sangat memprihatinkan, apalagi pelakunya seorang muslim yang taat beragama. Ini menjadi cambuk serta kritik bagi umat Islam Indonesia untuk meluruskan makna Islam sesungguhnya sebagai “rahmatan lil alamin”. Karena itu, penulis melalui buku ini menawarkan cara kebeislaman yang santun dan beradab, yang jauh dari sifat-sifat kekerasan dan penindasan, dan sesuai dengan kondisi dan budaya bangsa Indonesia.


Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan adalah solusi yang ditawarkan penulis. Sebagai bangsa yang multi-kultur dan heterogen, penulis berkeyakinan bahwa penerapan Islam dalam bingkai keindonesiaa, dan kemanusiaan tidak saja bisa berjalan bersama dan seiring, tetapi ketiganya dapat menyatu dan saling mengisi untuk membangun sebuah taman sari yang khas Indonesia, bukan Islam ala Arab, Iran, Turki ataupun Eropa. Ketiga kekuatan nilai itu akan saling mengisi dan melengkapi. Di taman sari ini, watak universal Islam tampil dalam wujud “kemanusiaan yang adil dan beradab” sebagaimana yang pernah juga diidamkan Soekarno.


Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan haruslah dianyam sedemikian elok dan asri sehingga sub-kultur yang bertebaran yang membentuk Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara merasa aman dan tentram untuk bertahan di Benua Kepulauan ini sampai masa yang tak terbatas. Untuk mewujudkan hal ini, maka bangsa ini harus bangkit kembali secara autentik dengan melahirkan karya besar dan prestasi yang bermutu tinggi dalam lingkungan suasana keadilan dan kesejahteraan yang dapat dirasakan semua. Islam jika dirasakan secara benar dan cerdas akan memberikan dorongan dan sumbangan yang dahsyat untuk mengukuhkan keindonesiaan kita dibawah naungan payung ”ke-Tuhanan Yang Maha Esa” dan “kemanusiaan yang adil dan beradab”, sebagai salah satu manifeatasi iman kita dalam kehidupan bersama sebagai bangsa.


Kelemahan kita sejak Proklamasi, kita tidak serius mengurus dan menata keindonesiaan sehingga pada periode-periode tertentu masih muncul juga ledakan-ledakan sosial yang berlatar belakang politik, ekonomi, etnis, dan sub-kultur yang selalu membawa korban. Karenanya, dalam anyaman kerangka pikir Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan diharapkan agar bangsa ini bersedia menatap dan membaca ulang masa lampaunya untuk kepentingan kekinian, dan esok hari, secara jujur, bertanggung jawab, dan rasa cinta yang mendalam. Umat Islam sebagai umat terbesar di negeri ini memiliki beban tanggung jawab untuk membela agar tetap utuh dan bersatu. Jangan sampai umat Islam Indonesia mendapat julukan mayoritas minus kualitas.


Perlu dicatat, buku ini tidak saja sebagai refleksi dan jawaban penulis terhadap kondisi Islam Indonesia modern yang hampir kehilangan jati dirinya, di samping itu juga tanggapan terhadap peta umat Islam global di dunia, seperti sedang tidak berdaya dalam mengatasi tantangan yang datang bertubi-tubi. Sebuah stagnasi kultural masih sangat dirasakan di seluruh negeri Muslim, seakan-akan prestasi besar bukan lagi menjadi milik mereka. Maka pertanyaan yang mula diajukan penulis adalah mengapa dunia Islam terlalu lama berada di buritan peradaban dan sukar sekali untuk bangkit?


Mengenai pertanyaan ini, penulis mengutip pendapat cendikiawan Muslim asal Pakista, Fazlur Rahman: we live in a different kind of Islam, not in quranic Islam. Bahwa umat Islam dalam keseluruhannya tengah hidup dalam bayang-bayang makna Islam yang semu dan menipu, bukan Islam qurani yang telah diajarkan rasulullah. Sehingga dengan begitu, sistem kehidupan untuk hidup lebih baik sebagai perwujudan diktum “rahmat bagi alam semesta” tidak dapat dipenuhi.


Penulis juga mengoreksi etos kerja umat Islam yang terlalu percaya pada nasib pasif, apatis, dan gampang menyerah. Menurut penulis, sambil mengutip pandangan Mohamad Iqbal, bahwa menyerah diri pada nasib dengan dalih ketentuan takdir (predeterminisme) telah merobek ajaran Islam tentang wajib kerja dan wajib berjuang di muka bumi ini. Karena itu, setiap muslim harus memfungsikan egonya.

Percikan Api Renaisans dari China

Minggu, Juli 19, 2009 0

SINDO, 21 Juni 2009


Oleh Mohamad Asrori Mulky

Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.

Judul Buku : 1434

Penulis : Gavin Menzies

Penerbit : Alvabet

Edisi : I, April 2009

Tebal : xvii + 430 halaman


Biarkan Cina terlelap. Sebab, jika Cina terbangun, dia akan mengguncang dunia lagi”, kata Napoleon Bonaparte. Pernyataan Napoleon ini dapat kita tafsir paling tidak menjadi dua pengertian. Pertama, ada ketakutan yang mendalam dari bangsa Eropa terhadap eksistensi Cina. Karena, Cina dipandang sebagai bangsa yang memiliki potensi besar untuk dapat bersaing dan mengalahkan kejayaan Eropa sekarang ini.


Dan kedua, pernyatan ini seakan memberi petanda, bahwa Cina pernah menjadi bangsa yang besar dan digdaya. Menurut para sejarawan, sejarah kebudayaan Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Penemuan ini cukup membuktikan betapa bangsa Cina telah mengalami proses kehidupan yang teramat panjang di alam duni ini.


Sebagai kebudayaan tertua di dunia, Cina memiliki perbedaan yang unik jika dibandingkan dengan kebudayaan dan peradaban dunia lainya, seperti Mesir dan Babilonia. Hal ini disebabkan karena sejarah kebudayaan Cina tidak pernah terputus selama hampir 5000 tahun lamanya. Pergantian pemerintahan dari dinasti ke dinasti tidak menyebabkan kebudayaan dan peradaban Cina mengalami kehancuran dan pergeseran yang teramat besar.


Bahkan hingga kini, peradaban bangsa Cina masih terus eksis dan bertahan, bahkan menjadi perhatian banyak orang, baik dari kalangan ilmuan, pengamat, arkeolog, sosiolog, dan lainya. Menurut keterangan, orang seperti Ibnu Batutah dan Marco Polo di masanya sangat menaruh minat yang mendalam terhadap kebudayaan Cina. Melalui jasa kedua orang inilah, konon, dunia mengetahui kebesaran dan kemegahan kebudayaan bangsa Cina dalam segala bidang. Hingga Nabi Muhammad pun dalam satu riwayatnya pernah menyeru umat manusia untuk belajar ke negeri Cina.


Pada titik inilah, posisi Gavin Menzies dalam buku “1434” ini menjadi penting. Menzies memberi kesimpulan yang cukup mencengangkan, bahwa kemajuan materi peradaban dunia saat ini, terutama dunia Eropa, sesungguhnya mendapat sumbangsih yang cukup besar dari hasil teknologi peradaban Cina. Kesimpulan Menzies ini sebetulnya ingin meluruskan padangan yang mengatakan bahwa renaisans dilukiskan sebagai masa kelahiran kembali peradaban Eropa Klasik Yunani dan Romawi. Bagi Menzies justru percikapan penularan pengetahuan intelektual Cina merupakan bukti yang tak dapat dipungkiri sebagai percikan api yang mengobarkan renaisans di Eropa hingga kini.


Dalam buku setebal 430 halaman ini, Menzies memberikan banyak bukti tentang pengaruh Cina dalam kebangkitan kebudayaan Eropa sekarang ini. Di antara temuan Menzies yang harus ketahui adalah. Bagi Menzies, Cristopher Columbus bukanlah orang yang pertama kali menemukan benua Amerika. Ada orang lain yang pernah menemukan benua itu sebelum Columbus menemukanya. Logikanya bagaimana mungkin seorang Columbus dapat menemukan benua Amerika yang pertama kali pada 1492, sementara ia telah memiliki peta kawasan Amerika 18 tahun sebelum ia melakukan perjalanan dan menemukan benua Amerika?


Begitu juga dengan kasus Magellan, sang penjelajah dari Portugis. Selama ini kita dipaksa meyakini bahwa Magellan adalah orang yang pertama kali menemukan Samudra Pasifik. Padahal, menurut Menzies, Martin Waldseemuller telah menerbitkan peta kawasan Amerika dan Samudra Pasifik pada tahun 1507, 12 tahun sebelum Magellan melakukan pelayaranya. Dan pada tahun 1515, 4 tahun sebelum Magellan berlayar, Johannes Shoner menerbitkan sebuah peta yang memperlihatkan selat Pasifik yang disebut “ditemukan” Magelan itu. Namun demikian, kedua pembuat peta ini, kata Menzies, bukan satu-satunya orang yang memiliki pengetahuan misterius tentang daratan yang belum pernah dilihat sebelumnya oleh mereka berdua. Ada orang lain—bangsa lain—yang mendahului Magellan dan kedua pembuat peta itu mengetahui benua Pasifik.


Buku yang sarat dengan teka teki ini juga membeberkan pada kita bahwa Paolo Toscanelli pernah mengirimkan peta benua Amerika pada Columbus dan raja Portugal—dari raja Portugal inilah Magellan mendapatkan peta benua Pasifik. Sementara Toscanelli sendiri pernah bertemu duta besar Cina yang singgah ke Florensia, yang secara bersamaan pula duta besar ini bertemu Paus Eugenius IV. Pada saat itulah, delegasi Cina memberikan segudang pengetahuan pada Toscanelli dalam berbagai bidang ilmu: seni, geografi (termasuk peta-peta dunia yang kemudian diteruskan kepada Columbus dan Magellan), astronomi, matematika, percetakan, arsitektur, pembuatan baja, persenjataan militer dan lainya.


Menzies juga menginformasikan pada kita, bahwa Leonardo da Vinci bukanlah seorang yang genius dan pintar sebagaimana kita yakini selama ini. Padahal, menurut Menzies, Leonardo tak lebih sebagai seorang juru gambar ketimbang penemu. Menzies meyakini, Leonardo banyak belajar dari seorang peranacang dan insinyur handal, yaitu Francesco di Giorgio. Darinya Leonardo meniru cara membuat parasut, helikopter, kanal, saluran air dan lainya.


Untuk menguatkan kesimpulan Menzies di atas, Dr. Ladislao Reti, ahli tentang Leonardo dalam “Helicopters and Whirlgigs” menyimpulkan, sebuah model helikopter dalam bentuk mainan baling-baling anak-anak muncul di Italia sekitar 1400 dari China dan memberi dasar teoritis bagi proyek helikopter Leonardo yang terkenal itu. Menzies juga memberi kesimpulan, bahwa sumber pengetahuan yang dimiliki di Georgio tentang gambar-gambar mesin sepenuhnya diambil dari buku Nung Shu yang diterbitkan pada 1313 oleh bangsa China. Buku ini sempat menjadi sumber insiprasi bagi banyak kalangan cendikia.


Buku “1434” ini sangat penting dibaca karena memuat informasi yang baru, yang selama ini belum terpikirkan. Kita hanya meyakini bahwa renaisans pertama kali dikobarkan di daratan Eropa. Namun buku ini memberikan kenyataan yang berbeda. Dengan bukti-bukti yang baru, lengkap, dan akurat, Menzies menghubungkan awal mula renaisans Eropa dengan penjelajahan yang dilakukan bangsa Cina pada abad ke-15, yang dipimpin Laksamana Cheng Ho atas titah Kaisar Xuan De untuk berlayar mengelilingi dunia. Pada saat itulah Eropa diperkenalkan dengan kebudayaan bangsa Cina dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.


Kisah Manusia Pencabut Nyawa

Minggu, Juli 19, 2009 0

-->
Koran Jakarta, Sabtu, 6 Juni 2009

Oleh Mohamad Asrori Mulky
Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.

Judul Buku : The Mafia’s Greatest Hits
Penulis : David H. Jacobs
Penerbit : Dastan, Jakarta
Edisi : I, April 2008
Tebal : 334 halaman
Negeri Pizza, Italia dikenal sebagai salah satu negeri pengekspor imigran terbesar ke negari Paman Sam (Amerika Serikat) pada abad ke 19 dan ke 20. Di tahun 1900-an, orang-orang Italia menjadi Raja Bandit tersohor di seantero AS, dari Chicago, New York di pantai timur sampai ke San Fransisco dan kota-kota lain di pantai Barat.

Mereka dikenal dengan nama Mafia. Umumnya, mereka berkecimpung dalam dunia perjudian, pelacuran, obat-obatan terlarang, praktek-praktek suap, perdagangan alkohol dan bisnis-bisnis haram lainnya. Salah satu nama tersohor di antara para bandit-bandit asal sisilia, Italia itu adalah Al Capone, mafia nomor satu di Chicago yang sempat dijuluki “The Untouchable” (yang tidak tersentuh). Kejeniusan dan kebengisannya dalam menghabisi musuh-musuh bisnisnya sudah tidak diragukan lagi.

Menurut Nicaso dan Lamothe, mafia pada awalnya bukanlah organisasi kriminal yang biasa diidentikan dengan aksi-aksi kekerasan, brutalisme dan barbarisme. Tapi sebagai organisasi atau kelompok perjuangan melawan penindasan dan penjajahan Prancis yang teramat kejam di Sisilia, Italia. Dengan kata lain, organisasi mafia ini dibentuk lima abad yang lalu dengan membawa misi nasionalisme dan patriotisme bangsa Italia yang sedang mengalami penjajahan.

Namun, dalam perkembanganya, organisasi mafia ini menjadi kelompok yang sangat ditakuti. Mendengar kata mafia, ingatan orang akan tertuju pada sebuah organisasi yang “untouchable”, selalu berurusan dengan aparat hukum karena gerakannya yang selalu mengandalkan kekerasan, kekuasaan, serta bisnis yang mengarah pada obat-obatan terlarang. Membunuh, balas dendam, menyiksa, hura-hura dan geng tidak bisa lepas dari perilaku mafia. Lalu, bagaimana sepak terjang para mafia menghabisi lawan-lawanya?

Koran Jakarta


Buku “The Mafia’s Greatest Hits” karya David H. Jacobs ini merupakan buku yang mengisahkan sepak terjang para mafia Amerika yang berperangai kejam dan berdarah dingin. Dengan disuguhkannya model-model sepuluh pembunuhan paling fenomenal yang terjadi pada bos-bos mafia, menjadi daya tarik tersendiri bagi karya David Jacobs ini. Di dalam buku ini juga, Jacob membahas secara mendalam latar belakang serta strategi dan taktik yang digunakan dalam pembunuhan tersebut, plus dampaknya terhadap dunia mafia dan bahkan dunia internasional.

Dalam buku ini juga kita akan mengenal lebih dalam beberapa nama bos mafia, seperti Al Capone, Charlie Luciano, Don Salvatore Maranzano, Bugsy Siegel, Albert Anastasia, Paul Castellano, dan mafia-mafia lainya. Mereka semua ini adalah bos-bos mafia yang sangat ditakuti di Amerika. Keberadaan mereka tidak saja mengkhawatirkan warga Amerika, tapi juga selalu saja membuat repot aparat kepolisian. Uniknya lagi, sebagian dari bos mafia ini dengan kecerdikanya ada yang bersekutu dengan pemerintah AS, agen CIA, dan konglomerat AS.

Perlu digarisbawahi, bahwa keseluruhan kisah kesepuluh pembunuhan yang dilakukan bos-bos mafia dalam buku ini, hanyalah puncak gunung es yang berhasil direkam secara jelas dan nyata oleh Jacob. Pembunuhan yang terjadi pada bos-bos mafi ini melibatkan berbagai masalah, seperti kecurangan pemilu 1960; John F Kennedy yang berbagi wanita dengan Giancana dan Rosselli; keterlibatan Kennedy bersaudara dengan Marilyn Monroe dan kematian mendadak artis ini; serta konspirasi berbagai bisnis rahasia AS dan Mafia, termasuk persengkongkolannya untuk membunuh Fidel Castro, Presiden Kuba.

Keberadaan mafia tentu saja sangat merugikan banyak pihak termasuk negara. Dalam konteks Indonesia misalnya, negeri ini terancam menjadi negara yang dikuasai oleh mafia kejahatan terorganisasi. Indikasi ke arah itu sudah semakin jelas. Mungkin bukan mafia model Amerika yang kerap membantai secara keji. Tetapi model mafia ini juga tidak lebih berbahaya, yaitu kejahatan korupsi terorganisasi yang sulit dilacak dan dibongkar. Mafia kejahatan korupsi di Indonesia sudah sangat rapi dan luas jaringannya. Hampir tida ada satu pun lembaga yang tidak ditembus oleh mafia korupsi yang terorganisasi. Bahkan Kejaksaan Agung pun sudah keropos digasak mafia korupsi.

Yahudi Menggenggam Dunia

Minggu, Juli 19, 2009 0

-->
GATRA, 23-29 April 2009

Oleh Mohamad Asrori Mulky
Anggota International Interreligious Federation World and Peace, dan Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.

Judul Buku : Rahasia Bisnis Yahudi
Penulis : Anton A. Ramdan, S.Si
Penerbit : Zahra
Cetakan : I, Maret 2009
Tebal : 208 halaman

Sejak kalah dari kaum Muslimin dalam Perang Khaibar, orang-orang Yahudi bersumpah menuntut balas tehadap Nabi Muhammad dan para pengikutnya. Bahkan mereka juga berjanji akan munundukkan dunia dan mengendalikan seluruh aset-asetnya.

Tekad Yahudi menundukan dunia bukan omong kosong belaka. Kenyataanya, dengan cara cerdik dan cerdas mereka berhasil mendominasi sejumlah bidang penting, utamanya perekonomian global. Kita kenal nama-nama seperti, George Soros (raja spekulan), Rothschild (raja bankir internasional), Bill Gates (raja software), Roman Abramovich (raja minyak dan ikon olahraga), Rupert Murdoch (raja bisnis media), dan Walt Disney (raja animasi). Mereka adalah Yahudi tulen yang keberadaanya cukup diperhitungkan di kancah dunia internasional.

Buku “Rahasia Bisnis Yahudi” karya Anton A. Ramdan ini, mengurai secara jelas dan gamblang segala bentuk perjuangan kaum Yahudi sejak masa pemerintahan Islam di Madina hingga kini, dalam usahanya meletakkan dominasi Yahudi atas dunia. Yahudi dengan jaringan Zionisnya berusaha menguasai kantong-kantong vital ekonomi dunia yang kemudian dijadikan senjata bagi mereka untuk menunggangi banyak negara, tak terkecuali negara super power Amerika Serikat.

Menurut Anton, dalam konstelasi ekonomi global, Yahudi telah menguasai IMF, World Bank, WTO, dan lain-lain melalui Amerika. IMF, misalnya, berhasil mendikte kebijakan ekonomi dan politik suatu negara, agar sesuai dengan kepentingan Yahudi dan Amerika. IMF dan Bank Dunia dijadikan Yahudi sebagai sarana mewujudkan kepentingan tirani dan penjajahan ekonomi karena hal ini merupakan prioritas penting kaum Yahudi.

Majalah Gatra


Tak hanya itu, Yahudi juga telah menggenggam banyak perusahaan kelas dunia, seperti General Electric, Caltex, Exxon, dan Coca-Cola Company. Dengan jaringan bisnis Waralaba (franchise) dan Multi Level Marketing (MLM), Yahudi telah melebarkan sayap bisnisnya ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. McDonalds dengan sistem waralaba adalah salah satu perusahaan terbesar milik Yahudi yang berada di seluruh dunia.

Untuk memuluskan rencananya, menaklukan dunia, Yahudi berkepentingan menguasai media massa, baik elektronik maupun cetak. Di media elektronik, Yahudi telah menguasai American Broadcasting Companies (ABC), Columbia Broadcasting System (CBS), dan National Broadcasting Company (NBC). Begitu juga di media elektronik, seperti The New York Times, The Wall Street Journal, dan The Washington Pos, Yahudi berhak menyensor berita yang harus dan tidak boleh disiarkan.

Tidak mengherankan, dalam perang di Jalur Gaza, melalui media-media tersebut, Yahudi seolah membenarkan agresinya dan mempersalahkan Palestina karena dianggap telah meluncurkan roket-roketnya ke permukiman Yahudi di perbatasan Jalur Gaza.

Dengan kemapuan yang dimiliki Yahudi dalam menguasai bidang-bidang di atas tadi, mereka merasa memiliki legitimasi untuk memerintah dan mengeksploitasi sumber-sumber alam di berbagai belahan dunia. Negara-negara miskin dan berkembang mereka tindas tanpa belas kasih melalui pemberian utang atau pinjaman lunak dengan sistem ribanya. Namun, utang yang mereka berikan bukan untuk membantu, melainkan untuk keuntungan mereka sendiri. Pemberian utang merupakan senjata ampuh untuk memaksakan kebijakan politik dan ekonomi mereka di negara-negara yang diberi pinjaman.