Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Minggu, 30 Mei 2021

Halal Bi Halal Virtual Aloemni Sevent: Mengikis Bayangan Lupa

Minggu, Mei 30, 2021 0


Oleh Mohamad Asrori Mulky

Hari-hari boleh berganti. Perubahan musim selalu saja datang dan pergi. Tapi ingatan kita tentang masa lampau tidak boleh hilang oleh amuk waktu yang berjalan mengikuti peredaran matahari. 


Waktu mampu merubah semua dan menghentikan segala. Seluruh jalan hidup yang pernah kita lewati pasti meninggalkan jejak. Sewaktu-waktu kita pun bisa menengoknya kembali untuk sekedar mengingat dan melawan bayangan lupa.


Kadang, masa kini terlalu melenakan, membuai dan mengalpakan semua ingatan. Apalagi bila jarak dan antara yang kita miliki terlampau jauh ditempuh atau justru terlalu lama ditepikan. Situasi seperti ini pada akhirnya membuat kita sulit menoleh, apalagi untuk menghadirkan seluruh kenangan dalam kekinian.

 


Kita pernah hidup di “ruang bersama” meski datang dari arah yang berbeda-beda. Ruang itu pula yang mempertemukan kita untuk saling mengenal, menjadi sahabat, bahkan saudara. Ruang yang menjadi titik temu dan diharapkan tidak mudah berlalu.


Ya, Subulussalam. Di sanalah kita mengawali semua cerita. Kisah yang mempertautkan seluruh kehidupan dari banyak perbedaan. Muasal kita tidak sama, titik berangkat kita tidak serupa: ada yang datang dari Pandeglang, Rangkas, Serang, Tangerang, Jakarta, Jawa, Lampung, Palembang, Riau, dll. 


[Baca Juga: Album Kenangan Subulussalam (Bagian I)]


Perbedaan tak perlu dipersoalkan. Apalagi dipertentangkan. Tuhan pun tak pernah bermaksud membuat perbedaan tak pernah ada. Seluruh perbedaan bisa diselesaikan dengan sikap saling menerima. Dan mengakui bahwa perbedaan adalah kodrat dari penciptaan--titah penciptaan (أمر تكوين) dalam istilah Ibn 'Arabi, mistikus besar di abad pertengahan. 


Sebagai manusia kelana yang datang dari selaksa asal kembara pada mulanya kita tidak mengenal satu sama lain. Namun kala hati-pikiran-perbuatan kita terbuka untuk semua hal baru dalam hidup, kita akan menemukan sahabat terbaik yang akan mengisi hari-hari kosong. Wajah-wajah asing itu seketika jadi orang-orang yang paling berpengaruh bagi hidup kita, yang membangkitkan gelora sukma kala pucuk risau bertengger di puncak tebing paling tinggi.


Masa lalu adalah masa kini yang tiba terlalu dini. Kita tidak boleh menepikannya dari bagian kisah hidup kita. Sebab segala upaya untuk melupakannya adalah nama lain dari ketidak-jujuran dan pengkhianatan pada kisah yang telah kita torehkan di atas kertas kehidupan. 


Halal bi halal virtual ini dalam rangka mengikis bayangan lupa. Betapapun kini adanya, kita pernah menorehkan jejak-jejak lama.  


Minal 'Aidin Wal Faizin. Mohon maaf lahir batin. Taqobbal Minna Ya Karim...!!!