Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Rabu, 26 Oktober 2022

Muhammad Potret Seorang Pembaharu

Rabu, Oktober 26, 2022 0


Oleh Mohamad Asrori Mulky

Dimuat di media cetak Pelita, Jum’at 13 April 2007

 

Sejauhmana pengetahuanku terhadap Rasul, sebatas itu pula kelayakanku menerima pahala Allah. Sejauhmana kebodohan dan kekufuranku terhadap Rasul, sejauh itu pula kelayakanku menerima azab Allah baik di dunia maupun di akhirat nanti. Maka amat penting bagiku untuk mengetahuinya.

[Bint As-Syathi]

 

Sabtu, 31 Maret 2007 M/12 Rabi’ul Awwal 1428 H adalah hari yang amat bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia. Pasalnya, pada tahun ini seorang anak manusia yang melampaui sisi kemanusiaan manusia pada umumnya dilahirkan (12 Rabi’ul Awwal 570 H) di Tanah Arab untuk membawa risalah dan amanah yang diterimanya dari Allah SWT.

Michael H. Hart dalam The 100: A Ranking of The Most Influential Person in History (1978) menempatkan Nabi Muhammad pada urutan teratas. Karena menurutnya Muhammad adalah satu-satunya orang yang sukses baik dalam tataran sekular manupun agama. Ia mampu mengintegrasikan persoalan-persoalan dunia dan akhirat secara bersamaan. Dan dia juga adalah orang yang mampu mengubah altar-altar pemujaan, sesembahan, agama, pikiran, kepercayaan serta jiwa manusia dari kejahilan.

Kesabaran, ketabahan, dan keberaniaannya dalam menegakkan agama Islam banyak dipuji kawan maupun lawan, ia sama sekali tidak berhasrat untuk membangun kekuasaan dan ketenaran, ia singkirkan tuhan-tuhan palsu dengan mengenalkan Tuhan yang sesungguhnya yang membahawa keselamatan dan kedamaian dalam hati, ia ajarkan kebajikan, moral dan etika sebagai nilai luhur yang harus dijunjung.

Atas jasa-jasanya itulah banyak label positif yang tertera pada dirinya, seperti Muhammad adalah seorang agamawan, reformis sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang menyenangkan, suami yang penuh kasih dan seorang ayah yang penyayang. Semua menjadi satu berada dalam diri Nabi Muhammad SAW. Sehingga tidak ada manusia dalam sejarah duniamampu melebihi atau menyamainya dalam setiap aspek kehidupan tersebut.

 

Pribadi yang Revolusioner

Mengutip perkataan Sir George Bernard Shaw (1817-1902) dalam The Genuine Islam “Jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggris bahkan Eropa beberapa tahun dari sekarang, maka Islam-lah agama tersebut”.

Di sini Bernard Shaw ingin menegaskan bahwa di tengah hiruk pikuk arus modernisasi yang mengusung jargon kebebasan tanpa batas, sekularisasi, inklusivisme dan pluralisme. Ditambah dengan kemajuan ilmu dan tekhnologi yang begitu pesat dan menakjubkan sekaligus kehadirannya juga membawa dampak yang negatif dan membahayakan keselamatan umat manusia, kemanusiannya dan akidah. Maka, menurutnya (Shaw) dalam kondisi seperti ini dunia sangat membutuhkan seorang yang berpikir, berkepribadian, dan berakhlak mulia seperti Nabi Muhammad.

Penilaian ini tentu tidak berlebihan dan tidak mengada-ada. Kalau kita coba buka lembaran sejarah Islam kembali pada masa lalu. Islam mampu menyatukan, mengintegrasikan serta mengubah peradaban dunia yang biadab dan tak berperadaban kepada dunia yang sangat beradab dan berperiadaban. Kita bisa melihat masa-masa kejayaan pada empat Khulafa Al-Rasyidin, Dinasti Muawiyyah dan Abbasiyah. Di mana pada saat itu pluralitas dihargai, kebebasan untuk berkarya dan berinovasi difasilitasi, hak individu dan nasib hidup orang banyak diperjuangkan. Sehingga melahirkan kedamaian, ketenteraman, kesejukan dan keadilan yang merata. Kesemuanya adalah ajaran universal yang telah Nabi berikan dan ajarkan kepada sahabat-sahabatnya.

Sepanjang masa kenabiannya yang terhitung amat pendek, yaitu 23 tahun, Nabi Muhammad mampu merubah Jazirah Arab yang amat memperihatinkan; dari paganisme yang memuja gunung, pepohonan, mahluk halus dan lainnya menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari peperangan dan perpecahan antara suku menjadi bangsa yang bersatupadu menegakkan kalimat Allah SWT, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkhis menjadi kaum yang teratur dan moralis.

Ini merupakan hasil yang sangat prestesiun dan gemilang. Sejarah manusia dalam peradaban-peradabannya sungguh tidak mengenal transformasi dan kemajuan yang dicapai begitu cepat dan pesat seperti ini, sebuah masyarakat yang bermoral dan beradab, berbudi dan berperadaban, serta masyarakat yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi.

Dalam mengemban amanah yang diterimanya ini, Nabi mampu menciptakan inovasi-inovasi dan pembaruan yang cukup modern di zamannya. Sebagai contoh, jauh sebelum, asas-asas demokrasi modern—kebebasan, kesetaraan, dan Hak Asasi Manusia—ditemukan oleh John Lock, Nabi Muhammad telah memperkenalkan Al Hurriyyah, Al Musawwah, dan Huquq Al Insaniyyah kepada umat Islam. Yang intinya adalah sama-sama menghargai kebebasan, hidup rukun yang berdasarkan pada cinta dan kasih sayang tanpa diskriminasi.

Dan diakui atau tidak bahwa Islam pada masanya telah mempraktikkan dan mengajarkan demokrasi sebagai sistem yang universal. Karena demokrasi pada dirinya telah tertanam pada ajaran Islam yang universal dan abadi. Sebagai contoh kecil saja demokrasi dalam Islam terwujud lima kali sehari ketika seorang hamba dan seorang raja berlutut dan bersembah sujud, berdampingan dan mengakui: Allah Maha Besar.

Di atas itu semua, W. Montgomery Watt dalam Mohammad at Mecca, 1953 memberikan apresiasi yang begitu besar terhadap perjuangan dan ketabahan Muhammad dalam menyebarkan agama Islam. Ia mengatakan bahwa kesiapannya menempuh tantangan atas keyakinannya, ketinggian moral para pengikutnya, serta pencapaiannya yang luar biasa semuanya menunjukkan integritasnya. Mengira Muhammad sebagai seorang penipu hanyalah memberikan masalah dan bukan jawaban. Lebih dari itu, tiada figur yang digambarkan begitu istimewa selain Nabi Muhammad Saw.

Dengan demikian, di tahun kelahirannya (Maulid Nabi) ini menjadi pemting bagi kita sebagai umat Islam untuk merayakan dan mengenang perjuangannya dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Karena memperingati atau merayakan kelahiran Nabi Saw itu sendiri sesungguhnya sudah dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi Saw sendiri. Yaitu berdasarkan hadist Nabi ketika suatu saat Nabi ditanya oleh sahabat beliau mengenai mengapa beliau berpuasa di hari Senin. Kemudian Rasul menjawab: “Di hari itu aku dilahirkan dan di hari itu pula aku memperoleh wahyu” (HR. Muslim, Abu Daud, dan Ahmad). Hadist ini mengandung pesan bahwa untuk mengenang hari kelahirannya , Nabi Muhammad harus melakukan puasa sebagai tadzkirah dan pengagungan, walaupun sebagian ulama mengatakan bahwa merayakan kelahiran Nabi (Maulid Nabi) itu tidak bedasarkan pada Al Qur’an dan Hadist.

Paling tidak, pada momen Maulid Nabi ini kita bisa meluruskan sejarah Nabi Muhammad yang selama ini ada sebagian tokoh yang mencoba memberikan kesan negatif terhadap perjuangan Nabi Muhammad. Padahal kita tahu bukan pedang yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya sebagaimana yang dituduhkan Robert Moore. Tapi dia datang dengan kedamaian, kesejukan, ketenteraman, kesederhanaan, kebersahajaan, keadilan dan ukhuwah islamiyyah.