Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Senin, 12 Juni 2023

Yerusalem Rumah Jagal Agama-Agama

Oleh Mohamad Asrori Mulky

"Yerusalem adalah kota suci tiga agama—Yahudi, Kristen, dan Islam," begitulah Simon Sebag Montefiore mendeskripsikan kota tersebut dalam karya monumentalnya Jerusalem The Biography. Ibarat perempuan cantik nan memesona, Yerusalem jadi rebutan banyak kekuatan dan agama yang ada di sana.

 

Melalui kota yang dikuduskan ini, perjalanan ketiga agama dengan segala macam peristiwa dan tragedi mulai dikisahkan. Sejak dulu, hingga kini, Yahudi, Kristen dan Islam saling mengklaim paling berhak atas yang lain. Di mana pada akhirnya satu sama lain terdorong untuk menulis ulang sejarahnya hanya demi mempertahankan mitos yang mereka yakini.

 

Sejarawan Palestina Dr. Nazmi Al Jubeh mengungkapkan dengan nada lirih: “Di Yerusalem ini,  jangan tanya padaku sejarah fakta-fakta. Ambillah fiksinya. Maka tak ada apapun lagi yang tersisa”. Sejarah yang benar tentang Yerusalem sudah dibelokan, didistorsi oleh banyak kepentingan, termasuk oleh ketiga agama Abrahamik itu.

 

Inilah yang mendorong Simon Sebag Montefiore menyusun kembali serpihan sejarah Yerusalem yang sengaja dikaburkan selama berabad-abad. Fakta-fakta tentang Yerusalem terkubur di antara reruntuhan puing dan bangunan sejarah masa silam yang dikooptasi banyak kepentingan.

 

Yerusalem memang tak bisa disamakan dengan kota-kota besar lain di dunia. Di kota ini ada banyak tempat bersejarah terkait persoalan keyakinan beragama. Satu yang paling mencolok adalah Tembok Ratapan milik Yahudi. Karena itulah kaum Yahudi meyakini, Yerusalem adalah Tanah Perjanjian seperti yang sudah termaktub dalam Kitab Suci masa lampau mereka. Bahwa Tuhan telah memilih mereka sebagai kaum unggulan (pilihan) dengan memberi berkah sebuah kota suci, Yerusalem.

 

Begitu pula dengan umat Kristen. Mereka mengklaim Yerusalem sebagai tanah tempat Yesus dilahirkan dari rahim perawan suci bernama Maria. Namun di tanah ini pula pada akhirnya Yesus mengalami siksaan pedih, disalib di Bukit Golgota. Umat Nasrani meyakini inilah jalur bersejarah, jalan yang dilalui Yesus Kristus saat mengusung salib menuju kalvari atau Bukit Golgota.

 

Sedangkan bagi umat Islam, Yerusalem adalah kiblat pertama dan Tanah Suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Dari tempat itu pula konon Nabi Muhammad Saw melakukan perjalan suci ke Sidrat al Muntaha pada peristiwa Isra Mikraj.

 

Karena statusnya sebagai kota suci tiga agama, Yerusalem yang berusia lebih dari 3.000 tahun itu, juga menyimpan cerita perang bersimbah darah di setiap periode zaman. Tragedi Perang Salib dan Salahudin Al Ayubi adalah salah satu peristiwa besar dari jejak masa lampau kota tersebut. Bahkan sampai kini, Yerusalem menjadi pusaran konflik antara Israel dan Palestina, penyebab keributan tak berkesudahan antara kaum Muslim Palestina dan bangsa Yahudi.

 

Zaman boleh berubah, tunas-tunas masa depan tumbuh, dan pemimpin baru datang silih berganti, tapi wajah Yerusalem tetap pekat dari cahaya damai. Kota tiga agama itu masih memelihara konflik lama. Dan itu berarti perdamaian dunia sedang masih dalam keadaan tidak baik-baik saja. Karen Armstrong dalam Jerusalem: One City, Three Faiths (1996) menyebut Yerusalem tulang punggung dunia. Dimana kedamaian dunia tak akan pernah terjalin selama kota suci itu masih dalam pusara konflik yang tak pernah kunjung berakhir.

 

Jutaan nyawa manusia melayang untuk memperebutkan kota satu Tuhan yang dianut tiga agama besar. Semua perang yang terjadi di dalamnya selalu mengatasnamakan Tuhan. Ambisi politik dan klaim otoritas atas wilayah tersebut memperdalam konflik, dan ikut serta menyediakan pedang dan mesiu untuk menghabisi musuh.

 

Demikianlah Yerusalem seolah menjadi kota yang "ditakdirkan" untuk selalu diperebutkan dengan berbagai alasan kepentingan. Yahudi, Kristen, dan Islam dalam rentang panjang sejarahnya kerap menjadikan Yerusalem tempat yang tidak pernah luput dari tragedi dan kekerasan—pembantaian, kezaliman, perang, terorisme, pengepungan, dan malapetaka, yang dalam kata-kata Aldous Huxley sebagai “rumah jagal agama-agama”.

Tidak ada komentar: