Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Kamis, 21 November 2024

Nabi Muhammad Dua Kali Patah Hati


Oleh Mohamad Asrori Mulky

Dalam sejarah Islam, bahkan dunia, Nabi Muhammad adalah tokoh yang tidak bisa dipinggirkan dalam panggung sejarah peradaban umat manusia. Michael H. Hart dalam The 100 A Ranking Of The Influential Persons In The History, menempatkannya pada urutan pertama mendahului tokoh-tokoh dunia sebelum Albert Einstein, Isaac Newton, Nabi Isa, Budha, dan tokoh besar lainnya.

 

Tapi siapa sangka di balik kebesaran nama dan kemegahan kontribusinya terhadap Islam dan peradaban manusia, Nabi Muhammad pernah mengalami patah hati. Wanita yang dicintainya tidak menyambut uluran tangannya. Nabi patah hati, bahkan sampai dua kali.

 

Peristiwa itu, kata Martin Lings, tidak membuat Nabi Muhammad larut bersedih. Dia menyadari ada lelaki yang lebih berhak karena lebih dulu meminang wanita pujaannya itu. Dia adalah Hubayroh, sosok yang baik perangainya, kaya, terhormat, dan penyair berbakat.

 

Hubayroh adalah putra saudara ibu Abu Thalib yang berasal dari Bani Makhzum. Kala itu, kekuasaan Bani Makhzum semakin meningkat di saat kekuasaan Bani Hasyim kian merosot. Lantas, siapakah wanita yang berani menolak cinta Nabi Muhammad itu?

 

Dalam buku Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, yang ditulis Marting Lings, menyebutkan, wanita itu bernama Fakhitah, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ummu Hani, putri Abu Thalib, pamah Nabi sendiri.

 

Karena cintanya yang mendalam kepada Ummu Hani, Nabi Muhammad di suatu waktu pernah mengutarakan perasaannya itu kepada sang paman untuk menjadikan putrinya sebagai istri. Tapi apa boleh dikata. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Abu Thalib lebih memilih Hubayroh ketimbang memberikan putrinya kepada Nabi.

 

Cinta Nabi Muhammad kepada Ummu Hani ternyata begitu besar. Tidak mudah bagi Nabi mengeluarkan Ummu Hani dari perasaan hatinya. Meski bulan berganti tahun, perasaan itu masih melekat di hati sang nabi. Tepatnya, saat peristiwa pembebasan Kota Makkah (Fathul Makkah), Nabi sempat bertemu Ummu Hani setelah sekian lama berpisah.

 

Dalam peristiwa pembebasan Kota Makkah banyak kaum Quraisy memilih selamat dengan masuk Islam. Sementara Hubayroh, suami Ummu Hanni, memilih kabur ke Yaman dalam keadaan masih memeluk agama nenek moyangnya yang menyembah berhala.

 

Mengetahui Hubayroh meninggalkan Ummu Hani dan beberapa anaknya, Nabi Muhammad merasa iba dan kasihan. Pada saat itulah Nabi dikisahkan sempat mau melamarnya kembali. Sayang, lamaran Nabi ditolak untuk kedua kali. Pinangan Nabi yang kedua ini dimaksudkan untuk menghibur Ummu Hani yang sudah menua dan ditinggal pergi sang suami.

 

Ummu Hani adalah kakak dari Ali bin Abi Thalib RA. Ayahnya bernama Abu Thalib, sedangkan ibunya Fatimah binti Asad. Dari Hubayroh, dia memiliki empat orang anak, di antaranya Amr, Ja’dah, Hani, dan Yusuf. Ummu Hani pertama kali mengucapkan dua kalimat syahadat kepada Rasulullah ketika terjadi penaklukan Makkah.


Ummu Hani terus hidup hingga tahun 50 Hijriyah. Namun, ia menyimpan duka yang mendalam hingga akhir hayatnya. Yaitu duka yang diakibatkan peristiwa terbunuhnya adik yang ia cintai, Ali bin Abi Thalib.

Tidak ada komentar: