Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Senin, 08 Februari 2010

Pelobi Israel Menjajah Amerika

Dimuat di MAJALAH GATRA, 07 Februari 2010
Oleh Mohamad Asrori Mulky
Anggota International Interreligious Federation World and Peace, dan Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.

Judul buku      : Zionisme dan Keruntuhan Amerika
Penulis           : James Petras
Penerbit         : Zahra Pustaka, Jakarta
Cetakan         : I, November 2009
Tebal buku     : xiv + 271 halaman


Dalam peta politik Amerika, ada tiga organisasi Yahudi yang punya pengaruh sangat kuat di Kongres dan pemerintahan. Bukti kaum minoritas mampu membungkam kelompok mayoritas.

Di dunia ini, tiada negara yang pengaruhnya di Amerika Serikat sedemikian kuat kecuali Israel. Kekuatan lobinya di Kongres tanpa disadari telah memperbudak negara Super Power itu. Ini dibuktikan, antara lain, oleh John J. Mearsheimer dari University of Chicago dan Stephen M. Walt dari Harvard University.

Kedua pakar itu pernah menulis risalah berjudul "The Israel Lobby and US Foreign Policy” yang sempat menghebohkan warga AS. Dikatakan, meski populasi Yahudi Amerika hanya tiga persen dari hampir 300 juta penduduk Amerika, lobi mereka jauh lebih kuat dibandingkan dengan kelompok mana pun.

Inilah yang disebut James Petras sebagai “Mayoritas yang Dibungkam”. Dalam buku ini, James menyodorkan sejumlah bukti tentang bagaimana “yang minoritas” (Yahudi Amerika) mengendalikan “yang mayoritas” (warga Amerika dan pemerintahanya). Seperti kedua profesor tadi, James juga berkesimpulan, lobi Yahudi memiliki peran dominan di Kongres. Salah satu hasilnya adalah invansi AS ke Irak yang tanpa sebab.

Lalu apa yang membuat Yahudi yang minoritas bisa mengendalikan Amerika, bahkan dunia? Theodere Hezl, pencetus negara Zionis Israel menjelaskan, ada tiga hal yang harus dikuasai untuk menguasai dunia. Pertama media. Sebagai wartawan internasional, ia tahu peran media sangat mendukung bagi perjuangan negara zionis.

Majalah Gatra


Kedua, kekuatan lobi. Lobi sangat berpengaruh dalam terbentuknya negara Yahudi. Kekuatan lobi juga yang membuat pemerintah Inggris menyerahkan sebagian tanah Palestina ke tangan Yahudi. Ketiga adalah ekonomi. Faktanya, segala aksi Yahudi selalu disokong pengusaha-pengusaha kaya Yahudi dan Amerika Serikat.

Terkait dengan lobi itu, menurut James, sekurang-kurangnya ada dua organisasi Yahudi yang sangat menentukan sikap luar negeri Amerika, yakni JINSA (Jewish Institute for National Security Affairs) dan CSP (Center for Security Policy). Keduanya memiliki hubungan amat erat dengan CPD (Committee on the Present Danger), tempat berkumpulnya kelompok “Hawkish” Gedung Putih dan Pentagon seperti Paul Wolfowitz, Dick Cheney, Karl Rove, dan Richard Perle.

Di bawah JINSA dan CSP ada AIPAC (American Israel Public Affairs Committee). AIPAC dibentuk oleh komunitas Yahudi Amerika untuk menjaga kepentingan Israel. AIPAC memiliki lima atau enam pelobi resmi di Kongres dengan staf berjumlah 150 orang, dengan dukungan anggaran tahunan sebesar US$ 15 juta. Tujuanya, melobi Kongres dan pemerintah untuk memperoleh dukungan pembentukan negara Zionis Israel di tanah Palestina.

Menurut James, organisasi-organisasi Zionis ini memiliki tiga agenda besar yang harus dilakukan oleh setiap pemerintahan di AS: selalu mendukung Israel dalam segala hal, selalu menambah anggaran militer Israel, dan selalu menentang traktat kontrol senjata yang bisa merugikan. Organisasi-organisasi ini pula yang mengontrol setiap kebijakan presiden, apakah menguntungkan Israel atau sebaliknya. Jika mau kekuasaannya tetap aman, presiden harus menjalankan ketiga agenda tadi. Kalau tidak, jangan harap dalam pemilu berikut dia akan terpilih lagi.

Tak ada yang berani mengkritik campur tangan AIPAC di Amerika. Kalau ada, orang itu akan dicap sebagai anti-semit. Sebuah survei yang dilakukan Eric Alterman, profesor Inggris di Brooklyn College, mengungkapkan hanya lima dari 66 komentator media massa besar di Amerika yang berani mengambil posisi pro-Arab dan menentang setiap langkah Israel soal Palestina. Justru sebaliknya, media ternama seperti Wall Street Journal, The Chicago Sun-Times, The Washington Times, bahkan New York Times, secara rutin menulis tajuk pro-Israel dan menutupi keburukannya.

Tidak ada komentar: