Oleh Mohamad Asrori Mulky
Era digital dengan segala kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, telah membuat dunia mengalami transformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Keadaan ini menciptakan apa yang sering disebut sebagai “dunia yang dilipat”, di mana interaksi sosial kita terjadi secara global dan dimungkinkan terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia dalam waktu sekejap mata.
Arus deras informasi melalui dunia maya juga memudahkan kita mengakses segalanya dengan begitu cepat, bebas tanpa batas. Akibatnya perbedaan ruang dan waktu tidak lagi menjadi penghalang. Seolah tidak ada lagi batas dan garis tegas yang memisahkan. Ruang dan waktu dilipat. Diringkas menjadi lebih efektif dan efisien.
Pelipatan waktu tindakan ke dalam satuan waktu tertentu dalam rangka memperpendek jarak dan durasi tindakan, membuat kita mudah melakukan banyak hal dalam satu waktu tindakan. Dahulu kita melakukan satu hal dalam satu waktu tertentu. Kini, kita dapat melakukan banyak hal dalam satu waktu bersamaan; menyetir sambil menelepon, mendengarkan musik, makan dan sambil bicara.
Dunia yang dilipat muncul sebagai akibat dari kehadiran berbagai penemuan teknologi mutakhir terutama transportasi, telekomunikasi dan informasi. Jarak ruang semakin kecil dan semakin sedikit waktu yang diperlukan dalam pergerakan di dalamnya. Inilah pelipatan ruang dan waktu. Kecepatan pesawat mampu melipat jarak menjadi lebih singkat dan padat.Begitu juga dengan perkembangan telekomunikasi dan informasi membuat segala macam berita langsung dapat dinikmati tidak lama setelah peristiwa itu terjadi.
Kita mesti menyadari bahwa kita sekarang hidup seperti berada dalam “rumah kaca”yang begitu terbuka dan transparan. Dengan mata telanjang kita bisa menyaksikan segala peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain. Semuanya tersaji di hadapan mata dengan begitu jelas. Kita bisa mengintipnya kapan saja. Tapi kita juga bisa diintai oleh masyarakat dunia yang ada di seberang sana. Era digital membuat kita terasa begitu dekat sekaligus jauh. Membuat kita berdaya dan digdaya sekaligus terperdaya.
Era digital benar-benar mengubah cara kita hidup, bersikap, berinteraksi, belajar, dan berbagi pengetahuan. Dalam keadaan seperti ini, Islam, sebagai agama yang mengedepankan nilai-nilai universal, juga tidak luput dari pengaruh dan tantangan yang ditawarkan oleh teknologi mutakhir. Siapa yang tidak memiliki pertahanan kuat akan mudah terperdaya, tertipu, gampang termakan fitnah,adu domba, dan berita hoaks yang dapat menjerumuskan kita.
Akbar S. Ahmed, seorang antropolog dan pemikir terkemuka, dalam buku “Islam Today: A Short History of the Muslim World”, membahas berbagai isu kontemporer yang mungkin bisa dihadapi umat Muslim dewasa ini, termasuk di dalamnya dampak era digital. Dalam buku tersebut, dia memperingatkan bahwa dunia digital bisa menjadi tempat penyebaran ideologi ekstremis. Dia menekankan pentingnya umat Muslim untuk menciptakan narasi yang moderat dan toleran di tengah tantangan ini.
Dalam banyak kesempatan ideologi ekstremisme disusupi melalui media sosial sehingga dengan mudah memerangkap para target.Mereka mengalami indoktrinasi dan kemudian menjadi pendukung gerakan ISIS misalnya setelah membuka situs-situs jihad yang tersebar di media sosial. Era digital selain memberi keuntungan bagi manusia modern, juga menyimpan potensi kerusakan yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar