Oleh Mohamad Asrori Mulky
Masyarakat Islam Indonesia, bahkan dunia, memandang anjing masih dengan pandangan sinis. Anjing dianggap sebagai binatang menjijikan penuh najis, sehingga harus dijauhi, bila perlu dimusnahkan. Memeliharanya dianggap tabu dan dianggap telah menyimpang dari ajaran agama.
Tidak cukup sampai di situ, anjing dituduh penyebab terhalangnya malaikat masuk ke dalam rumah seseorang. Sehingga siapa saja yang memeliharanya di dalam rumah tidak akan mendapatkan rahmat Allah SWT. Penghuninya jauh dari keberkahan dan kemudahan dunia.
Tentu saja pandangan seperti di atas bukan tanpa dasar. Hujah yang mereka jadikan dasar adalah sebuah sabda dari baginda Muhammad Saw, La Tadkhulu al Malaikah Baitan fihi Kalbun (لا تدخل الملائكة بيتا فيه كلب), yang bila diterjemahkan secara bebas berarti: “malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah seseorang membawa berkah selama di dalamnya ada anjing”.
Kebanyakan ulama memahami hadist tersebut secara tekstual. Mereka mengambil makna zahirnya saja sebagaimana pengertian harfiahnya atau skripturalnya. Model tafsir yang ditempuh semacam itu sah-sah saja, sebab secara metodologis bisa dibenarkan.
Tetapi untuk memperoleh makna yang dikehendaki tidak cukup hanya mengandalkan pada apa yang tertulis, pada kata yang tersusun rangkaian huruf. Sebab teks, kata Nasr Hamid Abu Zaed, bukanlah satu-satunya medium memperoleh makna. Perlu upaya penyingkapan. Sebab makna biasanya tersembunyi di balik teks.
Atas dasar pemikiran tersebut, mari kita simak seperti apa Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali atau biasa dipanggil Imam Al Ghazali menafsirkan hadis yang sudah disebutkan di bagian terdahulu.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghazali memberi penjelasan berbeda dari pemahaman ulama pada umumnya. Menurut Imam Al Ghazali, “rumah” (بيت) tidak selalu dipahami sebagai ruang secara fisik. Rumah dapat bermakna ruang batin atau ruang secara spiritual.
Demikian juga anjing. Anjing tidak selalu diartikan secara harfiah sebagai hewan peliharaan yang kita kenal. Anjing dapat bermakna simbolis yang berarti sifat-sifat tercela manusia yang mengotori batin atau ruang spiritual manusia. Oleh karena itu, kata Imam Al-Ghazali, ruang yang perlu dibersihkan dan disucikan adalah rumah secara spiritual yang tidak lain adalah batin manusia dari segala sifat-sifat tercela. Kebersihan batin ini yang menentukan kesediaan malaikat pembawa rahmat, ilmu, kearifan, dan segala bentuk kebaikan untuk singgah dan tinggal di dalamnya.
والقلب بيت هو منزل الملائكة ومهبط أثرهم ومحل استقرارهم والصفات الرديئة مثل والغضب والشهوة والحقد والحسد والكبر والعجب وأخواتها كلاب نابحة فأنى تدخله الملائكة وهو مشحون بالكلاب ونور العلم لا يقذفه الله تعالى في القلب إلا بواسطة الملائكة
Artinya, “Batin merupakan rumah, yaitu tempat malaikat dan tempat singgah jejak mereka, dan tempat tetap mereka. Sedangkan akhlak tercela seperti marah, syahwat, dengki, hasud, sombong, ujub, dan penyakit hati sejenis merupakan anjing yang mengonggong. Bagaimana malaikat hendak masuk ke dalamnya. Sedangkan rumah itu dipenuhi anjing. Sementara cahaya ilmu tidak dimasukkan oleh Allah ke dalam batin seseorang kecuali dengan perantara malaikat,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 68).
Singkatnya, selama rumah batin seseorang yaitu rumah spiritual atau hati didiami sifat kebinatangan seperti karakter anjing yang rakus, tamak, mudah terprovokasi, gemar mencari musuh, suka mengusik ketenangan, dan lain-lain, maka cahaya Tuhan dan malaikat sulit untuk masuk ke dalam hati. Hadis ini mengajarkan kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita membersihkan hati dari segala sifat yang tercela seperti yang dimiliki anjing.
Mengakhiri pembahasan ini, saya kutipkan penjelasan al Ghazali dalam Misykat al Anwar. Dia menjelaskan:
ليس الظاهر مرادا بل المراد تخلية بيت القلب عن كلب الغضب لأنه يمنع المعرفة التي هي من أنوار الملائكة
"Larangan itu tidak dimaksudkan secara lahiriah, tapi yang dimaksudkan ialah ‘mengosongkan rumah-rumah kalbu dari anjing kemurkaan’, sebab dialah yang meghalangi masuknya makrifat yang berasal dari cahaya-cahaya malaikat”.