Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Minggu, 21 Desember 2008

Ekonomi Islam Suatu Alternatif

Dimuat di SINDO, Minggu, 14 Desember 2008


Oleh: Mohamad Asrori Mulky

Peneliti pada Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.


Judul : Buku Induk Ekonomi Islam (Iqtishaduna)

Penulis : Muhammad Baqir Ash-Shadr

Penerbit : Zahra, Jakarta

Cetakan : I, Agustus 2008

Tebal : 598 Halaman


DI tengah krisis finansial yang melanda penjuru dunia,tak terkecuali Indonesia, sudah dipastikan bahwa kemiskinan, pengangguran, dan tindak kejahatan makin merajalela.


Pada saat itulah para ekonom, negarawan, dan cendekiawan berusaha mencari akar persoalannya untuk memulihkan kembali kondisi ekonomi di negaranya masing-masing. Sebab, selama ini ekonomi dianggap sebagai hal yang sangat fundamental bagi tegaknya sebuah bangsa,negara,danperadaban.


Segala aktivitas akan berhenti jika kondisi pertumbuhan ekonominya mengalami guncangan dan ketidakpastian. Kesimpulan sementara mengatakan bahwa penyebab utama dari munculnya krisis ekonomi di berbagai dunia adalah karena ekonomi kapitalis menggebrak dimensi kehidupan manusia. Sistem bunga yang menjadi ciri khas ekonomi kapitalis telah menciptakan keterjarakan sosial dalam masyarakat dunia.


Prinsip-prinsip kebebasan untuk memiliki harta secara pribadi, kebebasan ekonomi, dan persaingan bebas telah menguntungkan sebagian pihak dan merugikan pihak yang lain. Jurang pemisah antara kaum feodal dengan proletar makin menganga sehingga struktur sosial pun melebar. Melihat kenyataan seperti ini, sistem ekonomi Islam mulai dilirik sebagai suatu pilihan alternatif dan diharapkan mampu menjawab tantangan dunia di masa kini, esok, dan mendatang.


Buku Iqtishaduna (Induk Ekonomi Islam) karya Muhammad Baqir Shadr (MBS) ini menawarkan sebuah sisteme konomi Islam yang berdasarkan pada rasa ketuhanan dan kemanusiaan.Kedua nilai inilah secara mendasar yang membedakan antara ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalis dan sosialis. Sebagai homo economicus, manusia dalam pandangan ekonomi Islam tidak diperkenankan untuk memperkaya dirinya dan meraup keuntungan yang berlebihan.


Tapi, harta yang ia miliki seluruhnya untuk tujuan spiritual dan sosial. Dalam buku ini, MBS menguraikan sistem dan ciriciri dasar dasar Islam, tanpa dipengaruhi para pemikir dan sarjana Barat yang cenderung berhaluan kapitalis dan materialis. Dalam ekonomi kapitalis dikatakan bahwa sumber-sumber alam yang tersedia di jagat raya ini sangat terbatas, sementara kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas.


Dengan demikian, manusia bebas mengeruk kekayaan alam yang tersedia sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Cara pandang seperti ini jelas ditolak MBS. Baginya, ekonomi Islam, dengan berlandaskan ajaran agama Islam, membatasi hak milik seseorang dan tidak mengenal adanya sumber alam yang terbatas.


Keterbatasan bukan pada sumber alam yang telah Allah sediakan,melainkan manusia harus membatasi dirinya untuk tidak mengeksploitasi alam dengan segala keserakahannya. Sebab,Alquran sendiri dalam sebagian ayatnya menegaskan seperti ini, ”Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkanair hujandarilangit,….Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,maka tidaklah kamu dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat ingkar.” (Q.S Ibrahim: 32–34).


Melalui ayat di atas, dapat dipahami bahwa ekonomi Islam tidak menyetujui pandangan kapitalis karena Islam sendiri mempertimbangkan bahwa alam semesta ini memiliki sumber-sumber kekayaan yang sangat melimpah ruah, yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia secara keseluruhan.


MBS lebih cenderung melihat masalah ekonomi itu pada aspek manusia sebagai pelaku ekonomi ketimbang ketersediaan alat pemuas kebutuhan yang terbatas versus keinginan/kebutuhan manusia yang tidak terbatas.Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah ruah tidak akan dapat menyejahterakan rakyat jika manusia sebagai pelaku ekonomi tidak melestarikannya demi kepentingan bersama.


Pada titik inilah, MBS mengelompokkan ekonomi ke dalam dua bagian, yakni ‘’ilmu ekonomi’’ (science of economics) dan ‘’doktrin ekonomi’’ (doctrine of economics). Perbedaan yang tegas antara ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalis terletak pada doktrin ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya.


Doktrin ekonomi Islam memberikan ruh pemikiran dengan nilai-nilai Islam dan batas-batas syariah. Sementara ilmu ekonomi berisi alat-alat analisa ekonomi yang dapat digunakan dan dioperasikan. Ilmu ekonomi adalah segala teori atau hukum-hukum dasar yang menjelaskan perilaku- perilaku antar variabel ekonomi tanpa memasukan unsur norma ataupun tata aturan tertentu.


Adapun doktrin ekonomi adalah ilmu ekonomi murni yang memasukkan norma atau tata aturan tertentu sebagai variabel yang secara langsung atau tidak langsung ikut mempengaruhi fenomena ekonomi. Norma atau tata aturan tersebut berasal dari Allah yang meliputi batasan-batasan dalam melakukan kegiatan ekonomi.


Proses integrasi antara doktrin ekonomi ke dalam ilmu ekonomi murni disebabkan adanya pandangan bahwa kehidupan di dunia tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di akhirat,semuanya harus seimbang karena dunia adalah sawah ladang akhirat.


Buku ini terasa lebih kaya dan mencerminkan konstruksi pemikiran ekonomi Islam seutuhnya jika dibandingkan dengan literatur ekonomi Islam yang ada, yang selama ini tereduksi pada praktik dan gagasan mengenai ekonomi syariah. Karya MBS ini berusaha untuk memaparkan persoalan secara lebihluas.


Selain berbicara mengenai dasar-dasar teologis normatif dari ekonom Islam, ia juga mendiskusikan soal produksi, distribusi, sirkulasi, jaminan sosial, pajak, batas kekayaan pribadi, dan juga posisi negara sebagai regulator.

Tidak ada komentar: