Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Jumat, 02 Januari 2009

Raja Abdullah Kumandangkan Dialog Agama

Dimuat di Suara Karya, 30 Desember 2008


Oleh Mohamad Asrori Mulky

Penulis adalah Analis Religious Freedom Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina, Jakarta


Raja Abdullah bin Abdul Azis dari Arab Saudi belakangan ini sedang dalam sorotan publik dunia. Dialog antar agama yang ia prakarsai di Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, 12-13/11 yang lalu, mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan.


Tak tanggung-tanggung, acara tersebut dihadiri para pemimpin dunia, antara lain, Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, Presiden Afghanistan Hamid Kharzai, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, Raja Yordania Abdullah II, Presiden Israel Shimon Peres, mantan Perdana Menteri Prancis Alain Juppe, Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad, dan para diplomat PBB dari 80 negara.


Langkah maju Raja Abdullah ini tidak saja bertujuan mempersatukan umat beragama yang hingga kini dalam kondisi retak, tapi juga menyelesaikan konflik sepanjang masa di kawasan Timur Tengah, khususnya antara Palestina dan Israel.


Sejak Israel menduduki tanah rakyat Palestina konflik dan ketegangan di kawasan tersebut tak pernah padam. Karena itu, Raja Abdullah mengajukan proposal yang isinya seruan agar Israel segera mundur dari seluruh wilayah yang mereka duduki sejak perang berkecamuk tahun 1967.


Sebenarnya, proposal Abdullah ini sudah pernah diajukan enam tahun yang lalu, namun hingga kini proposal tersebut tidak pernah mendapatkan tanggapan serius dari pihak Israel dan sekutu-sekutunya. Pihak Israel malah mengklaim bahwa seluruh tanah Yerusalem (dari Barat hingga Timur) merupakan hak sah bangsa Israel yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Untuk melegalkan aksinya, mereka mengambil legitimasi dari kitab suci mereka.


Untuk pertama kali ini dalam sejarahnya, pemimpin Arab Saudi Abdullah bin Abdul Azis dan Presiden Israel Shimon Peres, keduanya berada dalam satu ruangan pertemuan membahas masa depan Timur Tengah dan kelangsungan umat beragama. Dalam pidatonya, Presiden Israel Shimon Peres memuji ikhtiar Raja Abdullah dalam mendukung dialog umat beragama.


Dialog agama yang diselenggarakan di gedung PBB ini diharapkan dapat meningkatkan peran agama-agama yang ada di dunia, yaitu menghentikan tindak kekerasan terorisme yang makin menjadi-jadi. Terkait dengan isu terorisme, pemerintah Arab Saudi telah menangkap tidak kurang dari 1.000 aktivis di Arab Saudi, yang dituduh mempunyai kaitan dengan gerakan teroris.


Langkah konkret penguasa Arab Saudi Raja Abdullah itu ingin membuktikan kepada umat dunia bahwa dirinya tidak akan memberikan ruang bebas bagi kaum 'teroris'. Sebab, aksi teror dengan mengatasnamakan agama tidak saja telah melukai dan menghilangkan nyawa manusia, tapi juga telah mencederai dan mengotori misi profetik agama itu sendiri sebagai pembawa kedamaian dan kesejahteraan.


Berulang kali para nabi menegaskan bahwa misi mereka adalah untuk kedamaian, bukan menciptakan ketegangan dan kekacauan antarumar beragama. Perbedaan syariat yang dibawa oleh para nabi- Nabi Musa dengan syariat Yahudi, Isa dengan syariat Kristen, dan Muhammad dengan syariat Islam seharusnya tidak dijadikan alasan bagi umat beragama untuk saling memusuhi dan mengklaim dirinya paling benar.


Klaim kebenaran akan memperlakukan umat di luar dirinya sebagai umat yang harus dibinasakan. Sikap seperti ini harus ditinggalkan jauh-jauh dengan cara memandang pemeluk agama lain sebagai saudara seagama, yang bila kita runut berakar pada diri Nabi Ibrahim. Umat Yahudi, Kristen, dan Islam semuanya berasal dari keturunan Nabi Ibrahim. Dari Nabi Ibrahim inilah kemudian Yahudi, Kristen, dan Islam muncul.


Atas landasan seperti inilah, Raja Abdullah berkeyakinan, bahwa umat beragama yang dalam kondisi mengkhawatirkan ini dapat dipersatukan dan saling menghagai satu sama lain. Permusuhan dan ketegangan yang selama ini terjadi antara ketiga agama tersebut disebabkan, kata Raja Abdullah, karena satu sama lain tidak mengetahui sejarah bagaimana ketiga agama itu lahir, dan dari mana berasal. Umat beragama harus sudah mengetahui bahwa kita sesungguhnya bersaudara, satu keturunan, dan satu tujuan.


Sebagai raja di negeri para nabi, Raja Abdullah memiliki tanggung jawab yang teramat berat, yaitu menciptakan kerukunan dan kedamaian bagi umat beragama di dunia. Sebab, Nabi Muhammad pada beberapa abad silam telah melakukan hal tersebut di tanah umat Islam itu.


Sebagai kota suci dan rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia, Arab Saudi harus memberikan contoh yang baik dalam berinteraksi dengan umat yang berbeda agama. Karena hubungan yang tidak harmonis antar umat, tak jarang sering melahirkan ketegangan dan kekerasan.


Baru-baru ini warga Muslim dibuat marah oleh pemuatan lagi kartun Nabi Muhammad SAW dan pembaptisan tokoh Muslim oleh Paus Benediktus XVI. Fenomena ini tentunya menjadi cambuk bagi Raja Abdullah untuk lebih giat lagi memberikan pemahaman kepada umat beragama agar senantiasa saling menghargai dan menghormati.


Jangan sampai fenomena pembuatan karikatur nabi memicu kekerasan antaragama. Dalam kasus ini, umat Islam harus menahan amarahnya, karena bisa jadi ini merupakan upaya profokatif dari pihak yang tidak menginginkan kedamaian antaragama terwujud. Begitu pula dengan pihak yang bersangkutan, hendaknya menghormati agama lain dan tidak menghina simbol-simbol agama yang bila dicederai akan menyulut api peperangan.


Akhirnya, dengan diselenggarakannya dialog agama di PBB, semoga dapat memberikan pemahaman kepada masing-masing pemeluk agama bahwa tanpa dialog keberadaan agama-agama di muka bumi ini akan rentan dari kekerasan. Untuk itu, apa yang dilakukan Raja Abdullah ini patut mendapatkan apresiasi setinggi-tingginya, dan menjadikan ikhtiar suci ini sebagai langkah awal agar ke depan kita dapat melakukan hal yang sama.

Tidak ada komentar: