Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Minggu, 19 Juli 2009

Percikan Api Renaisans dari China

SINDO, 21 Juni 2009


Oleh Mohamad Asrori Mulky

Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.

Judul Buku : 1434

Penulis : Gavin Menzies

Penerbit : Alvabet

Edisi : I, April 2009

Tebal : xvii + 430 halaman


Biarkan Cina terlelap. Sebab, jika Cina terbangun, dia akan mengguncang dunia lagi”, kata Napoleon Bonaparte. Pernyataan Napoleon ini dapat kita tafsir paling tidak menjadi dua pengertian. Pertama, ada ketakutan yang mendalam dari bangsa Eropa terhadap eksistensi Cina. Karena, Cina dipandang sebagai bangsa yang memiliki potensi besar untuk dapat bersaing dan mengalahkan kejayaan Eropa sekarang ini.


Dan kedua, pernyatan ini seakan memberi petanda, bahwa Cina pernah menjadi bangsa yang besar dan digdaya. Menurut para sejarawan, sejarah kebudayaan Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Penemuan ini cukup membuktikan betapa bangsa Cina telah mengalami proses kehidupan yang teramat panjang di alam duni ini.


Sebagai kebudayaan tertua di dunia, Cina memiliki perbedaan yang unik jika dibandingkan dengan kebudayaan dan peradaban dunia lainya, seperti Mesir dan Babilonia. Hal ini disebabkan karena sejarah kebudayaan Cina tidak pernah terputus selama hampir 5000 tahun lamanya. Pergantian pemerintahan dari dinasti ke dinasti tidak menyebabkan kebudayaan dan peradaban Cina mengalami kehancuran dan pergeseran yang teramat besar.


Bahkan hingga kini, peradaban bangsa Cina masih terus eksis dan bertahan, bahkan menjadi perhatian banyak orang, baik dari kalangan ilmuan, pengamat, arkeolog, sosiolog, dan lainya. Menurut keterangan, orang seperti Ibnu Batutah dan Marco Polo di masanya sangat menaruh minat yang mendalam terhadap kebudayaan Cina. Melalui jasa kedua orang inilah, konon, dunia mengetahui kebesaran dan kemegahan kebudayaan bangsa Cina dalam segala bidang. Hingga Nabi Muhammad pun dalam satu riwayatnya pernah menyeru umat manusia untuk belajar ke negeri Cina.


Pada titik inilah, posisi Gavin Menzies dalam buku “1434” ini menjadi penting. Menzies memberi kesimpulan yang cukup mencengangkan, bahwa kemajuan materi peradaban dunia saat ini, terutama dunia Eropa, sesungguhnya mendapat sumbangsih yang cukup besar dari hasil teknologi peradaban Cina. Kesimpulan Menzies ini sebetulnya ingin meluruskan padangan yang mengatakan bahwa renaisans dilukiskan sebagai masa kelahiran kembali peradaban Eropa Klasik Yunani dan Romawi. Bagi Menzies justru percikapan penularan pengetahuan intelektual Cina merupakan bukti yang tak dapat dipungkiri sebagai percikan api yang mengobarkan renaisans di Eropa hingga kini.


Dalam buku setebal 430 halaman ini, Menzies memberikan banyak bukti tentang pengaruh Cina dalam kebangkitan kebudayaan Eropa sekarang ini. Di antara temuan Menzies yang harus ketahui adalah. Bagi Menzies, Cristopher Columbus bukanlah orang yang pertama kali menemukan benua Amerika. Ada orang lain yang pernah menemukan benua itu sebelum Columbus menemukanya. Logikanya bagaimana mungkin seorang Columbus dapat menemukan benua Amerika yang pertama kali pada 1492, sementara ia telah memiliki peta kawasan Amerika 18 tahun sebelum ia melakukan perjalanan dan menemukan benua Amerika?


Begitu juga dengan kasus Magellan, sang penjelajah dari Portugis. Selama ini kita dipaksa meyakini bahwa Magellan adalah orang yang pertama kali menemukan Samudra Pasifik. Padahal, menurut Menzies, Martin Waldseemuller telah menerbitkan peta kawasan Amerika dan Samudra Pasifik pada tahun 1507, 12 tahun sebelum Magellan melakukan pelayaranya. Dan pada tahun 1515, 4 tahun sebelum Magellan berlayar, Johannes Shoner menerbitkan sebuah peta yang memperlihatkan selat Pasifik yang disebut “ditemukan” Magelan itu. Namun demikian, kedua pembuat peta ini, kata Menzies, bukan satu-satunya orang yang memiliki pengetahuan misterius tentang daratan yang belum pernah dilihat sebelumnya oleh mereka berdua. Ada orang lain—bangsa lain—yang mendahului Magellan dan kedua pembuat peta itu mengetahui benua Pasifik.


Buku yang sarat dengan teka teki ini juga membeberkan pada kita bahwa Paolo Toscanelli pernah mengirimkan peta benua Amerika pada Columbus dan raja Portugal—dari raja Portugal inilah Magellan mendapatkan peta benua Pasifik. Sementara Toscanelli sendiri pernah bertemu duta besar Cina yang singgah ke Florensia, yang secara bersamaan pula duta besar ini bertemu Paus Eugenius IV. Pada saat itulah, delegasi Cina memberikan segudang pengetahuan pada Toscanelli dalam berbagai bidang ilmu: seni, geografi (termasuk peta-peta dunia yang kemudian diteruskan kepada Columbus dan Magellan), astronomi, matematika, percetakan, arsitektur, pembuatan baja, persenjataan militer dan lainya.


Menzies juga menginformasikan pada kita, bahwa Leonardo da Vinci bukanlah seorang yang genius dan pintar sebagaimana kita yakini selama ini. Padahal, menurut Menzies, Leonardo tak lebih sebagai seorang juru gambar ketimbang penemu. Menzies meyakini, Leonardo banyak belajar dari seorang peranacang dan insinyur handal, yaitu Francesco di Giorgio. Darinya Leonardo meniru cara membuat parasut, helikopter, kanal, saluran air dan lainya.


Untuk menguatkan kesimpulan Menzies di atas, Dr. Ladislao Reti, ahli tentang Leonardo dalam “Helicopters and Whirlgigs” menyimpulkan, sebuah model helikopter dalam bentuk mainan baling-baling anak-anak muncul di Italia sekitar 1400 dari China dan memberi dasar teoritis bagi proyek helikopter Leonardo yang terkenal itu. Menzies juga memberi kesimpulan, bahwa sumber pengetahuan yang dimiliki di Georgio tentang gambar-gambar mesin sepenuhnya diambil dari buku Nung Shu yang diterbitkan pada 1313 oleh bangsa China. Buku ini sempat menjadi sumber insiprasi bagi banyak kalangan cendikia.


Buku “1434” ini sangat penting dibaca karena memuat informasi yang baru, yang selama ini belum terpikirkan. Kita hanya meyakini bahwa renaisans pertama kali dikobarkan di daratan Eropa. Namun buku ini memberikan kenyataan yang berbeda. Dengan bukti-bukti yang baru, lengkap, dan akurat, Menzies menghubungkan awal mula renaisans Eropa dengan penjelajahan yang dilakukan bangsa Cina pada abad ke-15, yang dipimpin Laksamana Cheng Ho atas titah Kaisar Xuan De untuk berlayar mengelilingi dunia. Pada saat itulah Eropa diperkenalkan dengan kebudayaan bangsa Cina dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.


Tidak ada komentar: