Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Minggu, 19 Oktober 2008

Iran Melawan Arogansi AS

Dimuat diSINDO 19 Oktober 2008


Oleh Mohamad Asrori Mulky

Peneliti pada Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.


Judul Ahmadinejad Menggugat!

Republik Islam Iran Mematahkan Arogansi Amerika dan Israel

Penulis Dr. Mahmud Ahmadinejad

Penerbit Zahra

Cetakan I, September 2008

Tebal 346 halaman


REVOLUSI Islam Iran 1979 merupakan tonggak sejarah bagi masyarakat dunia. Peristiwa ini membangkitkan semangat antiimperialisme terhadap kekuatan Amerika.

Negara-negara dunia yang selama ini memimpikan independensi dan terbebas dari kungkungan negara adikuasa, mulai melirik Iran sebagai proyek percontohan dan kekuatan baru di abad ini. Pasalnya, Amerika Serikat (AS) sebagai satu-satunya negara yang mengklaim dirinya sebagai adidaya tunggal di dunia, juga perlahan-lahan mulai mendekati masa ajalnya.


Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam pidatonya di depan markas besar PBB pada 23 September, meramalkan akan tumbangnya kekaisaran AS dalam waktu dekat. Simbol-simbol AS akan hancur dan pengaruhnya di dunia internasional akan juga sirna.


Oleh karena itu, AS harus segera menata ulang kebijakan luar negerinya terhadap isu-isu regional dan internasional sebelum masa kehancurannya tiba. Ternyata, lantunan suara kemerdekaan dan kebebasan yang didengungkan Revolusi Islam Iran menggema bukan hanya di Timur Tengah dan negara-negara muslim, melainkan juga hingga negaranegara Amerika Latin seperti Venezuela, Bolivia, Brasil, dan Kuba.


Semangat antiimperialisme yang didengungkan Iran membuat bangsa-bangsa pencinta kemerdekaan di Amerika Latin makin tergugah untuk bangkit melawan hegemoni AS dan melepaskan diri dari jeratan kebergantungan dengan kekuatan imperialis. Iran tak henti-hentinya menjadi pusat perhatian dunia.


Bukan hanya isu penolakan penghentian proyek nuklir yang membuat bangsa Barat berang, melainkan juga pernyataan radikal Ahmadinejad soal keinginannya untuk menghapuskan Israel dari peta dunia serta keraguannya mengenai kebenaran peristiwa holocaust.


Seiring dengan itu semua, tingkat permusuhan Iran dan AS makin menunjukkan titik paling rawan, masing-masing saling melancarkan serangan dalam bentuk wacana dan propaganda. Selama ini, Iran menjadi negara tertuduh dan banyak isu miring dialamatkan kepada negara para Mullah ini.


Untuk itulah, buku Ahmadinejad Menggugat! ini hadir guna menjelaskan mengenai berbagai tuduhan Barat (AS) terhadap Iran. Buku yang ditulis langsung oleh Ahmadinejad ini merupakan hasil dari serangkaian kunjungannya di New York, Amerika.


Dalam kunjungan itu, Ahmadinejad melakukan ceramah, dialog, dan wawancara. Baik dengan berbagai media yang ada di sana mauun di kampus ternama University of Columbia. Walau berjalan mulus,bukan berarti kunjungannya tidak diwarnai protes.


Parahnya lagi, Menteri Pertahanan AS tidak menjamin ke-amanan bagi Ahmadinejad. Tuduhan tuduhan kejidan dusta banyak disuguhkan media-media Barat kepada masyarakat AS. Upaya ini dilakukan tidak lain untuk terus merusak citra Ahmadinejad dan menjadikannya sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas munculnya terorisme di Timur Tengah.


Maka itu, kebencian dan cemoohan akan diberikan rakyat AS padanya.Ini berarti, AS telah melakukan perang wacana sebelum Presiden Iran itu tiba di New York. Setibanya di New York,Ahmadinejad menghadiri undangan resmi dari salah satu universitas ternama di dunia, Universitas Columbia.


Disana, dia diminta Prof Lee Bollinger, Rektor Universitas Columbia, untuk menyampaikan kuliah terbuka di depan ribuan mahasiswanya, yang juga dihadiri masyarakat umum. Tidak tanggung-tanggung, ceramah Ahmadinejad disiarkan secara langsung oleh televisi-televisi Amerika.


Nahas, sebagai tuan rumah yang seharusnya memperlakukan tamu dengan sopan, Prof Lee dalam sambutannya malah mencaci maki, menghina, dan melontarkan tuduhan keji kepada Ahmadinejad. Prof Lee tidak segansegan menuduh Presiden Iran itu sebagai diktator, pengobar api perang, dan pendukung gerakan terorisme global.


Bukan hanya menghina Presiden Iran, Prof Lee juga menyebut bangsa Iran sebagai bangsa yang tidak beradab dan bengis. Namun, Ahmadinejad dengan tenang dan senyum menanggapi tuduhan itu. Inilah momen terpenting yang untuk ke sekian kalinya, Iran melakukan serangan balik terhadap wacana yang sebelumnya sudah dimulai AS.


Dalam keadaan tenang, Ahmadinejad melancarkan serangan balik dengan beragam pertanyaan yang ditujukan kepada pihak AS, seperti budaya menghormati tamu, budaya intelektual di universitas, dan standar ganda yang sering dilakukan AS.


Di Universitas Columbia itu, Ahmadinejad menjawab berbagai isu seputar peristiwa holocaust yang terjadi pada masa Perang Dunia II. Baginya, holocaust di kalangan universitas masih menjadi bahasan yang debatable, bukan sesuatu yang permanen dan tidak bisa diperdebatkan kembali.

Tidak ada komentar: