Mohamad Asrori Mulky

ketika cahaya bintang mengintip bayang-bayang sinar rembulan, kuketuk jendela rahasia malam yang tergurat di dedaun nasib. dan aku tak pernah mengerti di mana letak titik yang pasti....

Minggu, 19 Oktober 2008

Melirik Genre Novel Arab

Dimuat di Koran Jakarta, 18 Oktober 2008


Oleh Mohamad Asrori Mulky

Analis Religious Freedom Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta.

Judul Buku Araba dalam Novel

Penulis Roger Allen

Penerbit e-Nusantara

Cetakan I, Juli 2008

Tebal xii + 180 halaman


Di dunia Arab, novel telah menjadi kajian utama dari berbagai macam studi, namun secara kualitas maupun kuantitas jumlah studi semacam ini masih belum bisa menyamai kajian-kajian mengenai puisi. Barangkali bisa dikatakan bahwa kecenderungan ini merupakan cermin dari rasa cinta bangsa Arab kepada puisi yang telah tumbuh sejak masa awal kemunculan sastra hingga masa kita sekarang.


Namun, seiring perkembangan zaman yang terus berubah, dan kondisi politik, ekonomi, juga budaya Arab semakin maju, maka tak heran jika pada periode sekarang ini kita banyak menyaksikan ekspansi tema-tema yang luar biasa dalam novel-novel Arab. Apalagi Dunia Arab masa kini sudah mulai percaya diri dan masyarakatnya banyak yang berpendidikan tinggi.


Meninjau perkembangan novel di dunia Arab, buku “Arab dalam Novel” karya Roger Allen ini, memberikan kesimpulan menarik bahwa ternyata kesusastraan, khususnya novel-novel Arab dengan beragam tema dan genrenya sedang mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Masa kedewasaa dan pertumbuhanya terjadi sejak Perang Dunia II. Buku ini juga secara sistematis memberikan uraian panjang lebar mengenai definisi dan asal-usul novel, awal perkembangan tradisi novel Arab, hingga periode kematangan novel-novel Arab masa kini.


Tak hanya itu, dalam buku ini juga, Roger memberikan analisis kepada kedelapan novel yang dianggapnya sebagai ilustrasi mengenai tradisi novel Arab kontemporer. Kedelapan novel itu merupakan karya yang ia kagumi di masanya, dan merupakan bahan yang tepat bagi pendekatan intristik. Sebut saja misalnya; Tsartasara Fauqa al-Nil karya Najib Mahfud, Ma Tabaqqa Lakum karya Ghassan Kanafani, ‘Awdat al-Thaair ila al-Bahr karya Halim Barakat, dan Ayyam al-Insan al-Sab’a karya Abdul Hakim Qasim.


Sebelum nama-nama sastrawan di atas berkibar di dunia sastra Arab, kita mengenal nama-nama tersohor seperti Taha Husein, Abbas Mahmud al-‘Aqqad, dan Taufik al-Hakim. Mereka adalah sastrawan besar Arab yang kualitasnya tidak diragukan lagi. Kehadiran mereka tidak saja ikut meramaikan dunia sastra, tapi juga telah menandai akan adanya peningkatan ketertarikan pada genre novel.


Bagi Roger perkembangan novel Arab sangat menakjubkan. Dalam rentang waktu satu tahun saja (sekitar tahun 1939) kita dapat menyaksikan beberapa penerbitan novel di dunia Arab. Taufik Yusuf Awwad dengan Ar-Raghif-nya (Roti)-nya yang diterbitkan di Libanon, Dhu al-Nun Ayub dengan al-Duktur Ibrahim-nya (Dokter Ibrahim) diterbitkan di Irak, dan di Mesir diterbitkan ‘Abats al-Aqdar (Cemoohan Takdir) karya Naguib Mahfoud. Pada tahun 1930-an, ketiga penulis ini dianggap oleh para kritikus sastra telah menampilkan eksperimentasi yang berbeda dari para pendahulunya, baik di tingkat lokal maupun dalam wilayah dunia Arab, dan menunjukan tekhnik yang baru dalam novel mereka.


Maka, tak heran bila di Indonesia sendiri, kita tidak saja mengenal Naguib Mahfoud dengan gang-gang Kairo yang sempitnya, perempuan yang marah seperti Nawal el-Saadawi dan Fatimah Mernissi, puisi melankolinya Gibran Khalil Gibran, atau kontroversialnya Taha Husein. Tapi juga, belakangan ini, pembaca Indonesia disambangi novel-novel cinta Ihsan Abdel Qudous, novel Islami dari Naguib Kaelany, dan juga Tarig Ali dengan novel tetralogi semi sejarah Kitab Salahuddin. Hal demikian, tentunya menambah khazanah bagi novel-novel Arab.


Menariknya, novel, bagi para penulisnya tidak melulu dijadikan sebagai karya mati, yang tidak bisa memberikan apa-apa bagi perubahan sosial-kemasyarakatan. Lebih dari itu, novel dijadikan sebagai alat kritik bagi penguasa otoriter, dunia yang semu, perilaku yang dzolim, dan segala hal yang dianggap bertentangan dengan martabat, moral dan etika kemanusiaan.


Tidak dipungkiri bahwa novel merupakan sebuah kajian yang sangat kompleks, sedangkan dunia Arab mencakup wilayah geografis yang amat luas. Sehingga dengan demikian karya ini mau tidak mau hanya bisa menjadi sebuah pengantar saja. Kajian yang lebih luas dan serius perihal novel Arab, perkembangan dan fitur dasarnya, masih perlu ditulis dan dikaji kembali.

Tidak ada komentar: